Pasang IKLAN BARIS GRATIS! DAFTAR | LOGIN


Otak Atik Kerajinan Bonggol Jagung Karya GWP Craft

    Miniatur Candi Borobudur dari bonggol jagung
    Aneka macam lampu hias
    Aneka craft dari bonggol jagung
    Lukisan Bung Karno dari bonggol jagung
    Stefanus Indri Sujatmiko, Owner GWP Craft

    Bonggol jagung adalah salah satu limbah pertanian yang sampai saat ini belum maksimal penggunaannya. Hingga saat ini bonggol jagung hanya terbatas digunakan sebagai pakan ternak. Namun beberapa ahli kerajinan tangan di Indonesia melihat hal ini merupakan salah satu peluang yang sangat menarik untuk dikembangkan menjadi benda kerajinan dengan nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dari limbah bonggol jagung tersebut dapat tercipta berbagai macam kerajinan seperti pipa rokok, tempat tisu, berbagai macam kap lampu hias, miniatur bangunan dan beberapa ikon dunia, tatakan, lampion, dan lain sebagainya. Adalah Stefanus Indri Sujatmiko dengan workshop yang diberi nama Giowari Putra Craft (GWP Craft) yang memanfaatkan limbah bonggol jagung menjadi aneka macam kerajinan cantik tersebut.

    Inisiatif itu berawal dari keprihatinan pria yang akrab disapa Indri tersebut ketika dua tahun lalu, tepatnya Januari 2016 melihat banyak limbah bonggol jagung di sekitar kediamannya di Sleman hanya dibuang atau dibakar. Kemudian yang ada dibenaknya hanyalah bahwa hal ini justru dapat mencemari lingkungan. Mendapati bahan melimpah dari limbah bonggol Jagung tersebut, Ia bersama seorang mahasiswa ISI Yogyakarta akhirnya mencari referensi, kerajinan apa yang tepat diaplikasikan dengan bonggol jagung tersebut. Satu bulan kemudian, tepatnya bulan Februari 2016 ia mengaku mulai mencoba berkreasi dengan memotong-motong bonggol jagung, namun belum memahami betul bagaimana prosesnya. “Saya mencari banyak informasi dan browsing di internet tentang pemanfaatan bonggol jagung tersebut. Akhirnya, saya mencoba mengutak-atik bonggol jagung menjadi kerajinan. Awalnya hanya membuat kerajinan yang ringan-ringan saja. Lama-kelamaan membuat tempat lampu hias sampai lukisan,” ungkapnya. Pria yang sempat menggeluti dunia budi daya ikan gurameh ini lantas memberikan informasi kepada teman-temannya dari mulut ke mulut dan melalui online. Dari kreasinya itu, banyak orang penasaran dan memesan. Bahkan, pemesannya tidak hanya dari Jogja saja, melainkan warga dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan kota-kota besar di Indonesia.

    Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kerajinan bonggol jagungnya, Ia bahkan nekat melakukan study banding ke bengkel kerajinan bonggol jagung di Kota Bogor milik Eddi Junedi yang dianggapnya sudah lebih lama menggeluti kerajinan dari bahan tersebut. Namun, sesampainya di sana (Kota Bogor -red), karya hasil kreasi tangan Indri justru dipuji oleh Eddi karena sudah masuk nilai ekonomi yang tinggi. “Apa yang perlu saya ajarkan mas, karya sampeyan ini sudah bagus,” ujar Indri menirukan perkataan Eddi waktu di Bogor. Sepulang dari kota Bogor, berbekal keyakinan, ia kemudian akhirnya memutuskan untuk berkreasi dan berinovasi dengan membuat berbagai aneka produk kerajinan dari bonggol jagung. “Sepanjang tahun 2016 saya terus berkreasi memperhalus kerajinan, hasil kreasi itu saya pamerkan di Palembang dan ke Hotel di Yogyakarta. Responnya sangat positif,” ungkapnya.

    Belum puas akan capaian itu, Indri terus berkreasi lebih jauh dari bonggol jagung. Memasuki tahun 2017, Ia mulai berinovasi membuat lukisan tokoh-tokoh dunia, seperti Bung Karno, Joko Widodo, dan Barrack Obama. Bulan berikutnya, setelah sukses menghasilkan lukisan dari bonggol jagung, Ia kemudian mulai berkreasi membuat meja kursi yang kemudian dilanjut dengan membuat maskot beberapa ikon dunia. “Saya sangat menikmati, terus berkreasi dari bonggol jagung ini. Dari yang kecil, lampu, kemudian lukisan, ada juga meja kursi dan sekarang saya mulai mengembangkan membuat bangunan miniatur yang menjadi icon dunia,” ujar Indri. Tampak beberapa bangunan minatur dunia yang terbuat dari bonggol jagung berdiri megah, ada menara Eiffel, Monumen Nasional (Monas), rumah Jawa dan yang paling mengesankan, Ia juga membuat minatur candi Borobudur. “Candi Borobudur ini ukurannya 140 cm x 140 cm, rencananya ingin saya daftarkan ke Museum Rekor Indonesia (MURI),” terangnya semangat.

    Proses produksi limbah bonggol jagung hingga menjadi kerajinan yang siap jual sendiri memakan waktu yang cukup lama. Pertama yaitu bonggol jagung yang telah dikumpulkan akan di sortir menurut ukuran dan kualitasnya. Kemudian limbah tersebut harus melalui proses pengeringan hingga benar-benar tidak ada kandungan air di dalamnya, sebab hal tersebut dapat menjadi pemicu tumbuhnya jamur. Proses pengeringan sendiri dapat memakan waktu 4 hingga 7 hari di bawah panas matahari. Setelah benar-benar kering, bonggol jagung akan melalui proses pengamplasan untuk membersihkan serta menghaluskan permukaannya. Proses selanjutnya yaitu bonggol yang sudah halus permukaannya akan masuk pada proses pemotongan dengan ukuran dan pola yang disesuaikan dengan produk kerajinan yang akan dibentuk. Setelah bonggol jagung terpotong kecil-kecil, selanjutnya potongan-potongan tersebut akan disusun satu per satu sesuai bentuk kerajinan yang akan dibuat. Proses penyusunan ini sendiri menggunakan lem dibantu dengan serbuk sisa proses pengamplasan sebagai media perekatnya. Setelah terbentuk produk yang diinginkan, bonggol jagung selanjutnya akan melalui proses penghalusan lubang-lubangnya dengan menggunakan bor amplas supaya hasil kerajinannya lebih rapi.

    Proses selanjutnya setelah terbentuk kerajinan yang diinginkan yaitu proses finishing. Proses pengecekan detail-detail ulang, kemudian produk akan disemprot dengan coating agar lebih awet dan tampilannya lebih menarik. “Selain memproduksi barang ready stock, workshop GWP Craft juga melayani custom order apabila pelanggan memiliki desain sendiri. Pokoknya asal bentuk yang diinginkan tidak terlalu rumit dan memungkinkan untuk dikreasikan dengan bonggol jagung, kita dapat mengakomodasi,” papar Indri.

    Harga yang dipatok untuk produk kerajinan bonggol jagung garapan Giowari Putra Craft terbilang cukup terjangkau, apabila dilihat dari segi keunikan dan juga eksklusifitasnya. Produk berukuran kecil seperti bingkai foto dibanderol mulai dari harga 10 ribu rupiah, lampu ukuran kecil mulai dari harga 125 hingga 150 ribu rupiah, lampu stand di harga 1,5 jutaan, dan lukisan ukuran 60 cm x 80 cm dihargai 2,5 juta rupiah. Untuk proses produksinya sendiri, saat ini Indri lebih banyak memberdayakan masyarakat sekitar rumahnya. “Kalau untuk karyawan memang kebanyakan dari warga sekitar sini yang masih membutuhkan pekerjaan, kami ajak bekerja di sini. Bahkan saat ini ada satu karyawan yang mempunyai kekurangan secara fisik, namun semangatnya dalam bekerja cukup tinggi,” ungkap Indri.

    Atas kerja keras dan kreatifitasnya, Stefanus Indri Sujatmiko diganjar berbagai penghargaan di antaranya pelaku kreativitas di desa budaya Sendang Agung, Sleman, Juara 2 pelaku inovasi Daerah Istimewa Yogyakarta, masuk sebagai juara 100 besar terbaik dari 24.000 pelaku usaha kreatif dari seluruh Indonesia. Farhan-red

    GWP Craft
    Dusun Minggir
    RT 01, RW 03, Sendang Agung,
    Minggir, Sleman, Yogyakarta

    Telp. 087849375397
    Ig : giowari-putra-craft
    FB : giowariputracraft
    www.gwpcraft.co.id

    PARTNER
    Archira - Architecture & Interior    A + A Studio    Sesami Architects    Laboratorium Lingkungan Kota & Pemukiman Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW    Team Arsitektur & Desain UKDW    Puri Desain