Pasang IKLAN BARIS GRATIS! DAFTAR | LOGIN


Kenikmatan Steak No. 2 Se-Indonesia, d'JAVA Steak Purwokerto

    d'Java Steak
    Nuansa klasik ruang makan dengan pernak-pernik antik
    Koleksi barang antik yang menyatu dengan area makan
    Aneka menu makan dan minuman d'Java Steak
    Handoyo, Owner d’Java Steak

    Steak, identik dengan makanan ala Barat. Disajikan dengan tampilan dan citarasa kebarat-baratan dan restorannya pun dibuat semodern mungkin. Lalu, bagaimana jika steak dibuat ala Jawa? Apakah perpaduan ini bisa menggugah selera para penikmat steak Indonesia? Penggemar steak tidak boleh melewatkan makan steak dengan suasana adat Jawa di Purwokerto. D'Java Steak menghadirkan menu steak-steak lezat dengan perpaduan adat Jawa Barat sebagai dekorasinya.

    D'Java Steak Purwokerto, mungkin dahulu lebih di kenal dengan nama Java Steak dan berlokasi di Jakarta ini berdiri sejak tahun 2008. Java Steak yang kini telah berganti nama menjadi D'Java Steak telah cukup lama dikenal oleh para pecinta masakan ala barat dan para pecinta hidup sehat. Awal mula berdirinya D'Java Steak karena Handoyo, owner dari D'Java Steak memiliki 3 orang anak yang gemar makan daging dan lihai melihat pangsa pasar terhadap makanan ala barat ini. Handoyo pun memutuskan untuk berinovasi dengan makanan ala barat ini agar dapat diterima oleh lidah masyarakat Indonesia, terlebih daerah Jakarta dan sekitarnya. Terlahirlah Java Steak dengan logo berwarna merah yang menurut perhitungan cina bermakna akan memberi kesenangan. Beliau ingin para penikmat steak di Java Steak mendapat experince yang luar biasa menyenangkan saat menyantap steak miliknya. “Jadi dulunya memang buka di Jakarta dengan nama Java Steak, kemudian mulai tahun 2011 pindah ke Purwokerto dengan nama D'Java Steak,” cerita pria asli Gombong tersebut.

    Java Steak yang kini bernama D'Java Steak boleh berbangga atas kesuksesannya kini. Telah berganti nama dan berpindah dari kota Jakarta ke Purwokerto dengan fasilitas tempat yang lebih menarik dan representatif ternyata tidak membuat D'Java Steak kehilangan identitas dirinya di Jakarta. Satu hal yang cukup menarik mengenai tagline restoran yang terletak di Jalan Kranji No. 28 Purwokerto tersebut yang berbunyi Steak Nomor Doea se-Indonesia. “Kenapa steak nomor dua se-Indonesia? Karena nomor satunya belum ketemu. Nanti kalau ketemu tolong kabari saya yah. Saya mau minta resepnya,” kekeh Handoyo.

    D'Java Steak mengusung konsep resto yang digabungkan dengan budaya. Di tempat ini setiap pengunjung akan mengalami sensasi yang berbeda saat menyantap hidangan yang dipesanannya. Konsep budaya tersebut sudah terlihat nyata dalam bentuk bangunan dan tata interior yang berada di dalamnya. Resto yang menempati bangunan kuno tersebut sejak awal sudah menyuguhkan kekhasan atau nuansa Jawa yang kental. Nampak dari depan sebuah bangunan tua peninggalan jaman Belanda yang masih nampak kokoh. Signboard bertuliskan D'Java Steak terpasang di bagian depan bangunan sebagai penanda bagi setiap tamu yang akan berkunjung. “Kalau untuk bangunannya ini memang sudah ada sejak jaman Belanda. Dulunya merupakan bekas bangunan kantor kelurahan Kranji, kira-kira 138 tahun yang lalu,” papar Handoyo.

    Senyum ramah para pegawai akan langsung menyambut ketika para tamu datang memasuki ruang resto. Nuansa rumah lawas langsung begitu terasa begitu memasuki area bangunan depan resto. Dekorasi ruangan dipenuhi berbagai macam koleksi barang antik milik owner yang tertata rapi di setiap sudut ruangan. Tepat di depan pintu utama terdapat sebuah gebyok atau sekat ruangan kuno berbahan kayu dengan motif ukiran-ukiran yang sedikit menjadi penghalang pandangan dari luar, sehingga pengunjung yang sedang menikmati hidangan tidak langsung nampak dari area luar resto. Di depan gebyok berjajar beberapa tanaman hias dari jenis tumbuhan gelombang cinta. Yang spesial adalah vas keramik yang digunakan sebagai tempat menanamnya. Vas tersebut merupakan vas bunga lawasan yang berasal dari Tiongkok. “Kebetulan memang saya suka sekali mengumpulkan benda-benda antik, tidak terpaku pada satu jenis barang tapi hampir semua jenis barang antik saya suka. Kadang ya kalau pas ada pengunjung resto yang suka dengan barang koleksi yang ada di resto dan ingin membeli, ya saya jual asal harganya cocok,” ujar Handoyo.

    Salah satu barang koleksi yang paling menarik yaitu sebuah meja persembahan yang biasa digunakan umat Budha untuk sembahyang. Sebuah meja yang nampak seperti sebuah cabinet tersebut didapatkan Handoyo dari sisa kebakaran yang terjadi di salah satu Wihara. “Jadi saat itu kondisinya cukup parah karena terbakar, namun konstruksi utamanya masih bagus. Akhirnya saya beli kemudian masuk proses restorasi yang memakan waktu cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Setelah jadi seperti ini, sempat beberapa kali ada orang nawar tapi belom saya lepas,” cerita pria yang saat ini berdomisili di Jakarta tersebut.

    Semakin melangkah lebih ke dalam area resto, akan semakin terasa nuansa layaknya berada di dalam rumah pribadi. Sebuah lorong tengah rumah dengan dipenuhi segala macam benda-benda antik yang memenuhi sisi kanan kiri dinding berkelir hijau, kontras dengan lantai tegel lawas bermotif polosan berwarna orange yang menampilkan sisi rustic dari bangunan resto tersebut. Ruangan pada sisi kanan kiri lorong yang sejatinya merupakan kamar tidur disulap menjadi ruang makan bagi pengunjung resto. Berbagai macam koleksi lukisan dengan tema nyeleneh juga banyak terpampang di dinding ruang makan. Table set sebagai tempat untuk pengunjung menyantap hidangan juga mengaplikasikan meja dan kursi lawasan, senada dengan konsep dekorasi yang diusung.

    Terpisah dengan bangunan utama di depan, terdapat sebuah bangunan dengan konsep joglo di sisi area belakang. Melewati sebuah lorong terbuka dari bangunan utama depan, dengan pembatas sisi kanan kiri lorong menggunakan bekas pembajak sawah yang memberikan keunikan tersendiri. Beberapa tanaman hias dan patung sepasang burung Flamingo yang lehernya membentuk hati menjadi spot foto favorit pengunjung. “Kalau bangunan joglo belakang ini sebenarnya tambahan, awalnya hanya lahan terbuka saja. Kebetulan pas dapet bongkaran rumah joglo, akhirnya dibangun di sini sebagai area makan juga,” ungkap pecinta karya seni lukis tersebut.

    Konsep rumah joglo yang begitu sederhana cukup berhasil dihadirkan di area belakang tersebut, karena letaknya yang cukup jauh dari jalan raya sehingga suasananya cukup tenang. Banyaknya jendela dan kaca pada ruangan joglo menjadikan sirkulasi udara dan cahaya cukup baik. Sebuah table set lawas dan sofa kayu yang digunakan untuk tempat makan bagi pengunjung semakin menambah kesan klasik di dalamnya. Beberapa sangkar burung antik yang tergantung di atas menjadi dekorasi pemanis bangunan joglo belakang.

    D'Java Steak ini berani mengklaim dirinya sebagai steak paling enak nomor dua pun tidak hanya ucap tanpa bukti. Beberapa testimoni dari pelanggan pun memang menunjukan tingkat kepuasan yang tinggi atas hidangan mereka. Ketika ditanya, apa menu favorit di restoran ini, Handoyo dengan bangga dan tanpa ragu menyebutkan "Semua favorit. Gak ada yang gak disuka sama orang-orang”. Beberapa menu yang ada di restoran steak ala Jawa ini, antara lain Bull Steak, Sirloin Steak, Tenderloin Steak, Salmon Steak, Wagyu Steak, Chicken Steak, Chicken Snitchzel, Rib Eye Steak, Fish And Chips, Chicken Burger, Spaghetti Bolognese. Semua steak akan disajikan dengan saus handmade dengan resep asli dari owner. Saus steaknya sendiri pun ternyata ada tiga varian, yakni mushroom sauce, blackpepper sauce dan barbeque sauce. Dengan tambahan kentang yang dapat dipilih kentang goreng atau kentang tumbuk, sayuran pun dapat diganti menjadi garden salad. “Untuk sausnya sendiri asli bikinan saya sendiri, ya hasil belajar dan coba-coba saja karena saya juga gak ada basic masak. Yang terbaru ini saya juga menciptakan saus yang diberi nama white sauce,” ungkapnya.

    Tak kalah dengan sajian makanannya, menu minuman yang tersedia di D'Java Steak ini siap melegakan rasa dahaga. Beberapa menu minuman tersebut adalah menu jus buah-buahan, smoothies & milkshake, soft drink, hingga beberapa menu mocktail yang menyegarkan. Beberapa menu minuman hangat juga tersedia seperti black coffee, ginger coffee, hingga vanilla latte. Untuk harga yang ditawarkan oleh D'Java Steak terbilang cukup terjangkau, mengingat cita rasa hidangan yang disajikan. Menu berbagai macam steak daging dan ikan dibanderol mulai harga 20 ribu hingga 84 ribuan. Untuk menu minuman mulai dari harga 4 ribu sampai 20 ribuan. Farhan-red

    d'JAVA Steak
    Jl. Kranji No. 28, Sokanegara,
    Purwanegara, Purwokerto Timur,
    Banyumas, Jawa Tengah 53116
    Telp/Fax : (0281) 630296
    Ig : djavasteak

    PARTNER
    Archira - Architecture & Interior    A + A Studio    Sesami Architects    Laboratorium Lingkungan Kota & Pemukiman Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW    Team Arsitektur & Desain UKDW    Puri Desain