Medan Ekspresi, Nasirun S. Sn
Rumah sebagai perwakilan karakter si empunya, harus dibangun secara tepat. Mereka yang menganggap rumah tak sekedar tempat untuk berteduh dari panas dan hujan, akan membangun sebuah rumah dengan rasa. Hal inilah yang telah dibangun oleh salah seorang seniman lukis ternama di Jogja dan sekitarnya. " Rumah haruslah memiliki karakter yang kuat, supaya kita bisa lebih nyaman dan betah tinggal dirumah, " tutur Nasirun. Inpirasi – pencernaan – rasa merupakan tiga dasar bagi Nasirun dalam membangun rumah. Berkaitan dengan tiga unsur tersebut Nasirun mengungkapkan rumah ini terinspirasi dari salah satu gedung meteorologi di Bantul yang di cernanya, dan diolah dengan rasa hingga terbangunlah rumah ini. Rumah yang beralamat di perumahan Bayeman Permai blok C2 ini cukup memiliki perwakilan karakter dari sang empunya, Nasirun S. Sn.
Senyum ramah dari sang empunya rumah akan menyambut setiap tamu yang datang. Seolah ingin menunjukkan keterbukaan bagi setiap orang. Konsep keterbukaan dan unsur edukasi di setiap ruang menjadi inspirasi dasar dalam rumah ini. Inspirasi unsur edukasi sudah terasa dari tampilan depan rumah. Fasad depan rumah ini sangat inspiratif, dengan tatanan 'anglo' untuk membakar kemenyan terpasang begitu indah menghiasi tembok depan rumah. " Tembok depan ini saya gunakan sebagai monumen untuk penghargaan terhadap seorang pengrajin anglo di kasongan yang sudah berusia 80 tahun namun tetap konsen membuat anglo," ungkap bapak tiga anak ini. Lebih lanjut ia menuturkan, " Dengan penataan anglo tersebut ternyata menciptakan keindahan tersendiri, dan saya rasa ide ini akan banyak menginspirasi setiap tamu yang datang kerumah saya," ungkapnya dengan berkelakar.
“Inspirasi dasar rumah ini adalah saya ingin membangun rumah yang dapat mencerminkan keterbukaan minimal dari penghuninya,” tutur Nasirun. Memasuki lebih dalam rumah ini konsep keterbukaan akan sangat terasa. Bangunan dua lantai ini sangat meminimalkan sekat pembatas antar ruang. Selain area privasi seperti kamar, di rumah ini hampir tak ada sekat pembatas antar ruang. Di lantai satu misalnya, hanya terdapat beberapa tata interior sebagai pelengkapnya. Jika dilihat secara sekilas rumah ini mirip dengan konsep sebuah galeri. Pada dinding rumah terpasang beberapa karya lukis Nasirun. " Rumah itu tumbuh dan berkembang, tak ada yang tetap begitu juga dengan rumah ini. Tata interiornya mungkin akan selalu berkembang atau berubah, maka konsep keterbukaan ini yang saya usung. selain itu saya ingin menghadirkankan edukasi dalam keluarga saya untuk selalu terbuka, dalam berargumen dan berdiskusi." ungkap suami Supartilah dangan tegas. Sebagai seorang seniman yang begitu konsen dalam melukis ia nampak begitu dekat dengan ketiga anaknya. Anak-anaknya dianggap sebagai seorang sahabat yg bisa diajak berdiskusi." Anak-anak ini sahabat saya, saya dekat dengan mereka, mereka dapat berdiskusi, beradu argumen dengan saya, layaknya sahabat," selorohnya bersemangat.
Menyusuri rumah Nasirun kita akan selalu disuguhi kenyamanan menghirup udara segar. Lantai dua rumah ini begitu terasa nuansa coklat kayunya. Tangga penghubung dan lantai dua menggunakan material kayu untuk menghadirkan nuansa alami, juga sangat terasa ketika memasuki teras lantai dua yang terintegrasi dengan taman belakang. Hijaunya dedaunan di taman belakang akan memberikan kesegaran mata penghuninya. Di lantai dua biasanya Nasirun bersama keluarga berkumpul untuk sekedar ngobrol dan bercengkerama bersama sambil menonton televisi. Keterbukaan Nasirun dalam berdiskusi bersama anak-anaknya, diwujudkannya dalam kamar anak. Setiap anaknya diberi kebebasan dalam mendesain tata interior kamarnya sesuai ekspresi mereka. " Setiap kamar anak-anak saya beri kebebasan dalam menata kamarnya. Saya biarkan kamar mereka sebagai medan mengekpresikan karya mereka," tutur Ayah dari Ima, Yudis, dan Nana dengan bangga.
Mengekspresikan diri dalam sebuah bangunan tak hanya dilakukan Nasirun dalam hunian tempat tinggalnya. Pada ruang studio dan koleksi pun dikonsep untuk mengekspresikan dirinya yang mencintai keindahan alam yang abadi. Kedua ruangan ini lebih memaksimalkan penggunaan cahaya alami sebagai ide dasarnya. “ Ide dasarnya ini dari saya, hanya saja untuk mengolahnya saya menggunakan jasa arsitek pak Eko Prawoto (rubrik sosok edisi 01#red), yang terkenal dengan gaya tropisnya. Satu hal yang cukup saya apresiasi adalah di jalan penghubung antar lantai, beliau berhasil membuat lubang cahaya untuk meminimalkan cahaya listrik. Tentu ini sangat menginspirasi bagi setiap tamu,” ungkap pria kelahiran Cilacap Oktober 1965 silam. Penggunaan kayu bantalan rel pada tangga penghubung menghadirkan nilai artistik tersendiri. Dan untuk menambah nilai artistiknya, pintu menuju lantai dua terpasang berbagai jenis model cap batik. Ruang koleksi ini merupakan museum tempat menyimpan karya-karya seni rupa dari seniman-seniman kenamaan di Indonesia. Berbagai koleksi seni rupa yang berada di dalam ruangan ini didedikasikan oleh Nasirun bagi masyarakat Jogja yang secara langsung atau tidak langsung membesarkannya sebagai seorang perupa. “ Ruang koleksi atau museum ini saya persembahkan untuk masyarakat Jogja. Entah sebagai objek studi atau siapapun boleh berkunjung,” terangnya. Nuansa tropis yang juga sangat didukung oleh keberadaan taman dan kolam di sekitar ruangan. Selaras dengan ruang koleksi, ruang studio juga mengusung konsep keterbukaan. Ruang studio ini biasa digunakan Nasirun dan seniman lain dalam berkarya. Bagian belakang studio merupakan salah satu tempat bagi Nasirun dalam menghasilkan karya. Ditemani suasana taman yang asri, pencahayaan alami, dan gemercik air kolam telah menghadirkan suasana yang nyaman. “ Kolam ini merupakan respon dari banyaknya sumber mata air di sekitar rumah ini. Sungguh sayang jika harus ditutup, jadi ya saya buat kolam saja,” ungkap Nasirun.
Keindahan Kodrati
Berbagai jenis tanaman tumbuh di sekitar rumah Nasirun dan bagi bapak 3 anak ini, kehadiran sebuah taman menjadi hal yang wajib ada. " Taman itu kalau bagi saya wajib ada dalam sebuah rumah, karena untuk menjaga keseimbangan, rumah tidak hanya mengutamakan keindahan, namun juga harus peduli kepada alam," terang Nasirun dengan semangat. Lebih lanjut ungkapnya, " Alam adalah keindahan kodrati yang ditempa ruang dan waktu, jadi alam jangan sampai terpinggirkan". Seniman lukis ini nampak serius dalam menggarap taman yang mengitari rumahnya. Meski tak dikonsep terlebih dahulu, namun taman hasil penataannya nampak begitu indah, hijau dan segar di bagian belakang rumah. Penataan pohon dengan beberapa patung hasil karya seniman-seniman tua yang terpinggirkan menghadirkan nilai edukasi dan seni yang cukup menarik. Layaknya sebuah lukisan yang memancarkan keindahan, taman belakang rumah pun dianggap sebagai media lain baginya untuk menelurkan karya-karyanya. " Melahirkan karya tidak harus dalam sebuah kanvas, namun taman rumah juga bisa menjadi media lain bagi saya dalam menghasilkan karya", terang seniman lukis ini.
Unsur edukasi juga dihadirkan Nasirun dalam menggarap taman. Loster-loster yang biasa dipasang di dinding rumah, oleh Nasirun ditata rapi di beberapa sudut taman sebagai resapan air. " Loster-loster yang terpasang di taman itu saya rasa cukup menginspirasi orang, untuk memperhatikan resapan air," tutur Nasirun. Untuk menambah kesan alaminya di sepanjang jalan yang ada di taman menggunakan media batu-batu hitam halus. Masih berada di area taman belakang rumah terdapat kolam renang yang nampak begitu segar. Tanaman yang subur, batu-batu kali sebagai jalan, dan kolam ikan selalu dihadirkan di rumah tinggal, ruang koleksi, dan studio Nasirun. Taman belakang pada studio memiliki cerita khusus bagi Nasirun. Kecintaannya pada tanaman membuatnya rela membawa pulang pohon pandan dari Pangandaran. “ Beberapa pohon di taman ini memiliki cerita bagi saya, pohon pandan ini saya bawa dari pangandaran setelah tsunami di sana, saya melihat di TV pohon pandan di sana ditebangi, lalu saya putuskan untuk terbang kesana dan membawanya pulang sebagai monumen,” terang pria lulusan S1 Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta. Masih berada di area taman terdapat sebuah tumpukan batu berbentuk gunungan di dinding sebelah selatan, sebagai monumen meletusnya gunung merapi pertama.
Di area taman banyak digunakan Nasirun untuk merespon hal-hal yang bersifat natural. Sebuah bangunan terletak di sebelah kolam renang sebagai respon bangunan lama ketika tanah ini dibeli. Bangunan belakang ini biasa digunakan untuk beristirahat Nasirun atau tamunya yang menginap. Sedang di sudut utara taman terdapat sebuah langgar tua dari Madura, langgar ini masih pada bentuk aslinya dengan materialnya sebagian besar menggunakan kayu. “ Ruang khusus di rumah ini selain kamarnya juga langgar ini. Di sini hanya digunakan untuk berkontemplasi kepada Sang Pencipta,” terang pelukis bergaya dekorasi mistik. Lokasi langgar yang di kelilingi pohon-pohon yang rindang menambah sunyi dan khusuknya saat beribadah. Bagian luar dari langgar ini dihiasi dengan beberapa koleksi lukisan Nasirun.
"Bagi saya rumah itu harus sebagai hiasan alam," terang Nasirun dengan tegas. Keindahan alam yang ditempa ruang dan waktu itu, sudah kodrati tak boleh kalah oleh kehadiran rumah. Menyelaraskan antara rumah dengan alam lah yang saat ini telah dibangun oleh pelukis kenamaan di Jogja ini. Rumah dan segala isinya merupakan medan ekspresi bagi pecinta humor ini untuk menelurkan berbagai karyanya, yang hanya mengacu pada sebuah art, keindahan dan tanpa ada unsur menyombongkan. “ Bagi saya rumah ini adalah sebuah medan mengekspresikan karya-karya saya dalam bentuk lain. Rumah dan taman saya bangun hanya dengan dasar keindahan sebuah art yang mengacu pada keindahan alam,” terang Nasirun (Ganang-RJI.com)