Desain Barrier Pada Rumah Tinggal Lahan Terbatas
Apa itu barrier? Secara terjemahan bahasa barrier adalah penahan, pembatas, rintangan, atau palang. Dalam arsitektur barrier juga memiliki arti yang sama, yaitu pembatas ruang atau pengarah ruang yang biasanya digunakan untuk luar bangunan. Dalam bahasa sehari-hari untuk lingkungan rumah tinggal, biasa kita sebut pagar meskipun bentuk fisiknya tidak harus “pagar”. Pagar sendiri dapat diimplementasikan sebagai bentuk yang jelas secara visual, artinya tampak jelas menghalangi jalan masuk dari luar ke dalam, atau bisa juga secara rasa karena adanya perbedaan tekstur dan warna material. Fungsi lain dari barrier dapat juga sebagai penanda status kepemilikan ruang, misal untuk area parkir mobil dengan area sirkulasi orang dibedakan dengan jenis perkerasan conblock dan rumput hijau atau batuan coral. Lalu bentuk seperti apa saja yang bisa menjadi pembatas ruang luar antara lahan rumah dengan jalan, atau antara ruang-ruang di dalam lahan rumah itu sendiri?
Contour Level
Dalam contoh desain di atas, pembatas ruang milik rumah dan jalan menggunakan permainan ketinggian kontur lahan dengan menggunakan hard materials yang didesain sebagai tangga menuju rumah sekaligus sebagai taman untuk menaungi halaman agar tidak terlalu panas. Tangga ini juga merupakan pembentuk ruang sirkulasi dan pembatas ruang carport dengan jalan menuju rumah. Secara fisik maupun visual, tangga ini merupakan barrier untuk lahan terhadap muka jalan dan area sirkulasi manusia dengan kendaraan dalam hal ini carport dan garasi. Konsep ini dapat menjadi alternatif pemanfaatan lahan sebagai ruang terbuka yang multifungsi.
Pagar
Konsep pagar sudah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai barrier pada rumah tinggal, karena jelas secara fisik, visual, dan fungsi keamanan. Ada banyak jenis pagar yang dapat digunakan sebagai barrier rumah tinggal, mulai dari yang memiliki ketinggian rendah hingga yang hampir menutupi bangunan. Penggunaannya pun sesuai kebutuhan, konsep rumah dan selera pemilik rumah. Dalam contoh desain, menggunakan pagar dengan ketinggian yang relatif tinggi, karena terlihat dari skala manusia, sedikit melebihi tinggi orang, hal ini diaplikasikan karena ketinggian bangunan yang cukup tinggi. Secara fisik, pagar ini bersifat massif, kecuali pada bagian pintu yang dapat dibuka dan ditutup. Akan tetapi untuk menghilangkan kesan kaku, terdapat efek lubang-lubang pada pagar yang dapat meneruskan pandangan ke dalam rumah, begitu pun sebaliknya. Beberapa masyarakat mengkombinasikan pagar dengan tanaman untuk menghilangkan kesan rigid.
Soft Materials
Barrier dengan material lunak (soft materials) merupakan pembatas ruang luar yang memanfaatkan tanaman atau air sebagai pemisah lahan dengan ruang milik jalan. Kebanyakan orang menyebut rumah tanpa pagar, padahal sesungguhnya tetap memiliki penghalang untuk masuk ke dalam. Contoh kasus desain yang ditampilkan adalah pembatas ruang dengan menggunakan tanaman perdu. Konsep barrier ini sangat cocok digunakan untuk lingkungan komplek perumahan atau kawasan rumah tinggal yang tidak berbatasan langsung dengan jalan utama. Selain memberikan kesan ruang yang luas secara visual, konsep ini juga meminimalisir kesenjangan sosial di lingkungan padat penduduk. Saat ini sangat banyak diaplikasikan di komplek-komplek perumahan baru, karena cukup efektif secara fungsi sebagai penanda kepemilikan ruang dan menarik secara penataan lansekap sebagai ruang terbuka hijau. Anindya S. Tejowati – ARCHIRA Architecture & Interior
ARCHIRA Architecture & Interior
Jl. Garuda 185 B, RT 05/RW 30,
Gejayan, Condongcatur, Depok, Sleman,
Yogyakarta 55283
Telp. (0274) 882480 / 0821 3453 5876
Email : archsketchstudio@gmail.com
www.arsitekarchira.com